Ibu Betti, Pendiri KB, TK, dan SD Insan Kamil Bekasi!

Mengelola Sekolah di Era Covid 19

Assalamualaikum wr.wb.

Pada malam hari ini, Senin, 29 Juni 2020, kita akan memperoleh materi dari sosok perempuan berniat dan bernyali kuat demi mewujudkan cita-citanya mendirikan sekolah pribadi.

Dra. Betti Risnalenni, MM, pendiri Kelompok Belajar (KB), TK dan SD Insan Kamil, Bekasi. Begitu banyak perjuangan ibu 5 anak ini mendirikan sekolah. Gara-gara salah satu anaknya tak bisa masuk ke sekolah mahal, Ibu Betti pun bertekad membangun sekolah yang terjangkau dengan fasilitas bagus. Prinsip hidupnya adalah tak pernah mengeluh lelah sebagai pengajar.

Mulai dari guru dan kepala sekolah berprestasi se-Bekasi, juara 1 tokoh wanita berprestasi di bidang pendidikan dari walikota se-Bekasi, dan juara 1 wirausaha se-Jawa Barat. Dunia mengajar memang hal yang tak asing baginya. Selain sebagai guru dan kepala sekolah, ia juga sempat dilatih pengajar dari Malaysia untuk mengajar aritmatika dan kemudian membuka kursusnya. Ibu Beliau merupakan orang ke-6 yang membuka kursus aritmatika di Indonesia. Awalnya, ia hanya punya tiga murid karena aritmatika saat itu belum banyak dikenal orang.

Tak patah arang, Ibu Betti terus gigih mengenalkan aritmatika dengan membagikan brosur sekaligus memperagakan alat aritmatika di saat pembagian rapor di sekolah. Tak sia-sia, Beliau bisa mendapatkan murid sampai 400 orang tahun 1998. Bahkan sampai memiliki 24 cabang dan membuat sendiri buku aritmatika. Sambil berjualan buku, ia juga memberi traininggratis bagi orang yang ingin membuka kursus. Selanjutnya, salah seorang yang membuka kursus tersebut menawarkan untuk mendirikan TK di bilangan Bantar Gebang.

Awalnya, di Maret 2003, beliau mengontrak sebuah rumah dahulu untuk mendirikan TK-nya. Namun baru setahun berjalan ketika masa kontraknya habis, si pemilik rumah tidak mau memperpanjang kontrakannya lagi. Untungnya saat itu ada orang yang menawarkan rumah dengan harga Rp 23 juta, sehingga TK-nya pun akhirnya di pindahkan ke rumah tersebut.

Setelah itu, Ibu Betti ditawarkan membeli tanah di sebelah TK itu. Ia pun kemudian nekat membeli dengan uang muka Rp 1 juta. Tanpa dinyana, tak lama ia ditimpa musibah kecelakaan yang menyebabkan mukanya hancur. Setelah pengobatan dan istirahat selama 6 bulan, kemudian ia baru bisa menanyakan kembali kondisi tanah itu. Ternyata lahan tersebut tak juga dibeli orang. Beliau pun akhirnya mencicil pembelian lahan senilai Rp 48 juta itu. Lalu ada yang menyarankannya membangun SD. Beliau berpikir itu sebuah ide yang bagus, apalagi ia juga didukung suaminya, Drs Tatan Suherman yang juga seorang guru. Akhirnya, di tahun 2004 ia pun mendirikan sekolah. Meski belum ditembok, di daerah itu sudah banyak murid yang mendaftar.

Berbagai kendala sempat ditemukan saat membangun sekolah. Misalnya, beliau harus berutang dengan tukang bangunan yang pembayarannya dicicil. Atau harus menggadaikan emas, sampai-sampai ia menjadi langganan pegadaian. Bila sudah punya uang, emas itu ia tebus, lalu digadaikan lagi bila kembali tak memiliki uang. Selain itu beliau juga banyak berharap dari penjualan buku aritmatika. Caranya,  ia memberikan traininggratis, tapi berharap peserta mau membeli bukunya. Ilmu aritmatika yang ia ajarkan menggunakan sempoa, metodenya bagus, namun memang tidak semua guru telaten mengajarnya. Tapi dengan kursus hasilnya akan lebih bagus, karena muridnya lebih kecil, beda dengan di kelas.

Ibu Betti mengaku, tak pernah punya uang yang mengendap lama lantaran selalu diputar untuk memenuhi kebutuhan yang lain. Bahkan gaji suami juga kadang dipakai dulu olehnya untuk menggaji guru di sekolahnya. Namun sebenarnya, Beliau sendiri tidak pernah khawatir soal uang. Ia yakin, rezeki itu selalu datang dari Tuhan dengan cara apapun. Misalnya saja, kalau susu anaknya habis, ada saja yang membeli buku aritmatikanya, sehingga uangnya bisa ia belikan susu untuk anak. Meski demikian, Beloau tetap bertekad untuk mendirikan sekolah yang bagus dengan biaya terjangkau. Kursi belajarnya pun harus mirip dengan sekolah mahal sehingga ia harus membuatnya sendiri. Bahkan beliau ikut mengamplas sendiri kursi-kursi itu yang sebanyak 60 buah.

Keinginan Ibu Betti untuk mendirikan sekolah seperti itu bukan tanpa sebab. Beliau pernah merasakan pengalaman tak enak. Ia pernah mendaftarkan anaknya di sekolah mahal, tapi tidak diterima karena latar belakang pekerjaannya yang dianggap kurang mampu untuk menyekolahkan anaknya di sana. Meskipun menurutnya ada juga sekolah yang isinya semua anak orang kaya, tapi tetap menerima anak dari panti asuhan. Itu karena pemiliknya adalah orang kaya yang masih mau menolong orang tak mampu agar bisa menikmati sekolah bagus. Hal itulah yang memicu Beliau untuk membangun sekolah bagus agar orang tidak mampu juga bisa merasakan pendidikan di sekolahnya. Satu kelasnya hanya terdiri dari 30 murid saja.

Sedari awal, niat beliau mendirikan sekolah bukan untuk mencari uang, melainkan untuk adalah ingin anak yang ekonominya minim bisa bersekolah di tempat yang bagus. Anak miskin di sekolah biasa / kurang itu biasa, anak kaya di sekolah bagus itu biasa. tapi anak kurang beruntung bisa disekolah bagus itu luar biasa. Itulah yang beliau lakukan di Insan Kamil. Yang yatim Free, yang tidak mampu pun free. Beliau tidak pernah meminta mereka harus bawa SKTM, karena sebenarnya tidak ada orang yang mau disebut miskin. Kalau yang mampu sih bayar normal.

Rangkuman Sesi Tanya Jawab
1. Motivasi awal Bu Betti mendirikan sekolah, awalnya beliau ingin anak yang ekonominya minim bisa bersekolah di tempat yang bagus. Motivasi saya adalah prinsip ini. Anak miskin di sekolah biasa / kurang itu biasa, anak kaya di sekolah bagus itu biasa. Tapi anak kurang beruntung bisa di sekolah bagus itu luar biasa. itulah yang saya lakukan di insan kamil. Yang yatim Free, yang tidak mampu pun free. Beliau tidak pernah mengharuskan mereka membawa SKTM, karena sebenarnya tidak ada orang yang mau disebut miskin, kalau yg mampu sih bayar normal.

2. Cara merekrut tenaga pengajar di sekolah. Ya! Mencari guru itu gampang gampang susah. Kebetulan kan anak Bu Betti sarjana psikologi, jadi kita sering mengadakan acara parenting . Narsum nya bisa beliau, teman beliau, anak beliau atau teman anak beliau. Jd sosialisasi tentang keorang tuaan dan masalah anak bisa kita bicarakan. Sekolah sering juga mengadakan kegiatan yang menghadirkan orang lain, orang umum. Jadi mereka bisa menceritakan tentang sekolah kita.

3. Prosedur untuk mendirikan sekolah antara lain :
Pertama , ijin warga, 100 tanda tangan. ini lanjut ke RT, RW
Setelah itu kita ijin ke UPP atau UPTD
Lanjut ke disdik kota. Jaman saya, di sidangkan di tingkat kotamadya. Dan perlu tanah untuk TK min 300 m2, SD min 1000 m2.
Harus punya akte yayasan sampai KemHumKam

4. Tips mengelola tiga sekolah langsung menurut pengalaman beliau, yaitu :
Tipsnya :
Jaga kesolidan dalam sekolah itu sendiri.
Bagi tugas berdasarkan kemampuan rekan kerja.
Sering pantau dengan sharing ( di sekolah beliau setiap senin setelah pulang siswa )
Sistem pembayaran segalanya 1 pintu. Boleh dicicil berdasarkan kemampuan. Setiap kegiatan , misalnya mau ulangan, harus lunas spp bulan..., pembagian modul harus lunas spp bulan .. jadi ortu tidak terbebani tp kita sudah punya harapan uang buat gajian guru dan karyawan.
Salaman ,  hafalan juz 30 , hadist dan surat2 pendek,  menjaga kebersihan, wirausaha.

Kesimpulan

Kalau ada niat baik lakukanlah.
In syaa Allah akan membantu.

Kalau mengerjakan sesuatu, lakukanlah yang terbaik karena nilainya akan memperbaiki citra dan kehidupan kita.

Ini adalah pengalaman hidup Bu Betti sebagai seorang guru yang pernah mengajar di tempat bagus dan didalamnya terdapat anak panti asuhan yang nasibnya kurang beruntung.

Sekolah itu adalah pelecut Bu Betti sehingga beliau bisa mendirikan sekolah seperti itu. Sekolah itu adalah sekolahnya bapak menteri pendidikan kita sewaktu SD.




Profil Narasumber

Nama lengkap : Dra. Betti Risnalenni, MM.
TTL : Padang, 13 Agustus 1968
Pekerjaan : Guru



Terima kasih telah bersedia membaca.
Semoga bermanfaat.

Wassalamualaikum wr.wb.

Gemar Membaca
Giat Menulis
#bjh

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Polemik Batasan Usia PPDB Jakarta

NGEBLOG BIKIN BEKENZ

Segudang Pengalaman Pak Dedi Dwitagama